Pejalan Kaki Berponsel Siap-siap Dipenjara

0

Posted by Adie | Posted in | Posted on Monday, August 10, 2009


Jakarta - Pemutar musil dan ponsel memang bisa membahayakan penggunanya jika dipakai di saat yang tidak tepat. Bukan hanya saat mengendarai kendaraan, namun juga bisa berbahaya saat dipakai ketika sedang berjalan.

Alhasil, sebuah peraturan mengenai pelarangan pemakaian ponsel dan pemutar musik bagi para pejalan kaki akan segera diberlakukan di Australia.

Sejumlah kecelakaan yang menimpa para pejalan kaki akibat konsentrasi yang teralihkan oleh ponsel dan alat pemutar musik ini menjadi alasan kuat akan diadakannya pelarangan tersebut.

Pada 23 Juli yang lalu misalnya, seorang laki-laki berumur 19 tahun tertabrak oleh mobil di sebuah jalan di New South Wales, Australia. Dikutip detikINET dari News.com, Selasa (11/8/2009), pihak berwenang mengatakan hal itu terjadi karena kesalahannya sendiri karena saat itu ia sedang mendengarkan musik ketika menyeberang jalan.

Dan jika benar nantinya peraturan tersebut positif diberlakukan, siapa yang melanggar bukan hanya kena denda, namun juga terancam dijebloskan dalam penjara jika sampai terjadi kecelakaan.

Klik link dibawah ini !!

11 Tahun Buron, Perampok Lupa Nama Aslinya

0

Posted by Adie | Posted in


BEIJING, KOMPAS.com — Seorang tersangka pelaku serangkaian perampokan sekitar 11 tahun lalu mengakui semua tindakan kejahatannya ketika ia dibekuk pada 4 Agustus lalu. Namun yang mengejutkan, perampok itu sudah tak dapat mengingat nama aslinya.

Ia mengatakan bahwa ia telah berganti sangat banyak nama dalam 11 tahun belakangan "sehingga ia tidak ingat namanya yang asli". Pria itu, bersama tiga rekannya, diduga melakukan serangkaian perampokan di pusat kota Jilin, Provinsi Jilin, pada 1998.
Klik link dibawah ini !!

Tahanan Diperkosa secara Kejam di Penjara

0

Posted by Adie | Posted in


TEHERAN, KOMPAS.com — Perempuan dan anak-anak yang tengah ditahan karena terlibat kerusuhan pascapemilu presiden ternyata diperkosa secara kejam di dalam penjara. Akibatnya, tahanan—terutama anak-anak laki-laki—kini mengalami depresi.

”Ada sejumlah tahanan yang mengalami pemerkosaan secara kejam. Kini, mereka depresi dan rusak secara fisik dan mental,” tutur pemimpin oposisi Mehdi Karroubi dalam suratnya kepada tokoh ulama dan mantan Presiden Akbar Hashemi Rafsanjani, Senin (10/8).

Oleh karena itu, Karroubi mendesak pemerintah segera menyelidiki kasus itu. Surat bertuliskan ”rahasia” itu dikirim 29 Juli lalu kepada Rafsanjani dalam kapasitas Karroubi sebagai pemimpin lembaga berpengaruh di Iran, Dewan Ahli, yang bertanggung jawab untuk menunjuk pemimpin tertinggi dan memantau kegiatannya.

Sedikitnya, 2.000 orang yang diduga pendukung oposisi ditahan pascakerusuhan pemilu presiden. Sebagian besar sudah dibebaskan, tetapi ada sekitar 200 orang di penjara. Sekitar 110 orang sudah diajukan ke pengadilan.

Untuk segera menyelesaikan masalah ini, Karroubi mendesak Rafsanjani membahas isu sensitif ini dengan pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei. ”Saya mendapat informasi ini sebagian dari para veteran perang (perang di antara Iran dan Irak),” kata Karroubi dalam suratnya.

Para pemimpin oposisi selama ini telah berulang kali menuding pemerintah memperlakukan para tahanan, terutama pemrotes, dengan kejam. Khamenei bulan lalu memerintahkan penutupan salah satu penjara karena dinilai ”tidak memenuhi standar”.

Selain oposisi, sejumlah harian reformis juga melaporkan bahwa banyak pemrotes yang meninggal di dalam penjara karena dipukuli aparat keamanan. Namun, aparat keamanan menegaskan, para tahanan meninggal karena sakit.

Demokrasi

Peraih penghargaan perdamaian Nobel dari Iran, Shirin Ebadi, menyerukan agar komunitas internasional terus menekan pihak Iran untuk membantu demokratisasi Iran dan mengecam segala tindak kekerasan terhadap para pemrotes yang mendukung oposisi. ”Saya sangat menentang sanksi militer dan ekonomi yang diberlakukan terhadap Iran. Hal itu justru akan memperparah situasi,” kata Ebadi saat diwawancara harian Chosun Ilbo.

Ebadi yang juga seorang pengacara dan pejuang HAM itu kembali menegaskan, ia ingin seluruh dunia tahu apa yang sedang terjadi di negerinya sehingga suatu saat nanti Iran bisa menjadi negeri bebas. ”Kekerasan harus dihentikan. Semua orang yang ditahan akibat kerusuhan pilpres harus dibebaskan,” ujarnya. (LUK)
Klik link dibawah ini !!